Selasa, 19 Januari 2016

sistem pernapasan ( Dr. Rini Kadir M.Kes CWCCA )

STIM PERNAFASAN
lbelajaran:
lMenjelaskan struktur dan fungsi kavitas nasalis dan faring
lMenjelaskan struktur laring dan menjelaskan mekanisme berbicara
lmenjelaskan struktur dan fungsi trakea dan cabang bronkial
lMenyebutkan letak membran pleura dan menerangkan fungsi cairan serosa
l Menjelaskan struktur alveoli dan kapiler pulmonal serta menerangkan manfaat surfaktan.
l
l
  DEFINISI
lPernafasan (respirasi) : peristiwa menghirup udara  dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
lPengisapan udara disebut inspirasi, dan menghembuskan udara disebut ekspirasi.
l
ORGAN PERNAFASAN
Yang termasuk dalam organ pernafasan
adalah:
lhidung
lfaring
llaring
ltrakea
lbronkus
lparu-paru
lI. HIDUNG (NASAL /NASO )
lHidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan yaitu septum nasi.
l Lubang masuk ke dalam masing-masing rongga, disebut nares atau lubang hidung.
lMasing-masing rongga hidung di bagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat dibelakang nares anterior, dan bagian respirasi.
l
lPermukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri adanya kelenjar sebasea besar
lVestibulum kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut dengan rambutnya yang kaku dan besar.
lRambut kasar itu berfungsi menapis benda2 kasar yang terdapat di dalam udara inspirasi.
lBagian yang lebih dalam dari vestibulum adalah bagian respirasi.
   
l
lPada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah alpokat, terbagi dua oleh sekat (septum mediana).
lDari dinding lateral menonjol 3 lengkungan tulang yang dilapisi oleh mukosa. Bangunan ini adalah konka nasalis superior, medius, dan inferior.
l
lpada konka nasalis inferior terdapat pleksus vena besar, berdinding tipis, dekat permukaan yang disebut jaringan kavernosus atau jaringan erektil.
lMelebarnya pleksus vena ini berakibat membengkaknya konka inferior ini, sehingga hidung tertutup yang menyukarkan bernafas dari hidung (pada orang yang alergi).
l
lDiatas konka nasalis superior serta sekat hidung di dekatnya terdapat daerah berwarna coklat kekuningan. Daerah ini mengandung reseptor penghidu dan disebut daerah olfaktoria (mukosa olfaktoria).
l
lDiantara konka terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior, meatus medialis, dan meatus inferior.
lMeatus2 inilah yang dilewati oleh udara pernapasan.
lSebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
l
lDasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas
lKe atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis
lSinus paranasalis terdiri dari sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
   
l
lDisebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit2 terdapat terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, Saluran ini disebut tuba auditiva eustachii yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring.
lHidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakrimalis.
l
l
l
l
l
Bagian-bagian hidung :
lkavum nasi (rongga hidung)
lseptum nasi (sekat hidung)
lkonka nasalis (karang hidung) :
  1. konka nasalis inferior
  2. konka nasalis media
  3. konka nasalis superior
lmeatus nasi (lekukan hidung) :
  1. meatus superior
  2. meatus medialis
  3. meatus inferior
lkoana (tekak hidung)
lII. FARING
lFaring dimiliki bersama oleh sistim pencernaan dan sistim pernafasan
lDisebelah superior faring melekat pada dasar tengkorak
lkearah inferior dilanjutkan sebagai esofagus
lke arah anterior faring berhubungan dengan rongga hidung, rongga mulut dan rongga laring.
l
lNasofaring terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas palatum molle.
lOrofaring terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah.
lLaringofaring terletak di belakang laring.
l
l
lTuba Eustachii bermuara pada nasofaring.
lTuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada ke dua sisi membaran timpani.
lTuba-tuba dapat tertutup akibat radang selaput lendir hidung rasa tuli sementara
lLebih serius lagi bila tuba menjadi jalan lintas bagi penyebaran infeksi dari nasofaring ke telinga tengah.
l
lOrofaring terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah.
lMukosanya: epitel berlapis gepeng yang merupakan kelanjutan dari rongga mulut.
lPada dinding lateralnya: tonsila palatina, noduli limfoidei.
lBersama adenoid dan lingual pada dasar lidah, noduli tersebut membentuk cincin jaringan limfatik yang mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen yang penetrasi ke mukosa.
l
lLaringofaring merupakan bagian paling bawah faring.
lKontraksi dinding muskuler orofaring dan laringofaring adalah bagian dalam refleks menelan.
lPada daerah laringofaring bertemu sistim pernapasan dan sistim pencernaan.
lIII.  LARING
lLaring atau “kotak suara” membuka mulai bagian inferior faring dan dilanjutkan ke arah inferior oleh trakea.
lKekakuan kotak ini dipertahankan oleh sejumlah tulang rawan hialin dan elastik yang dipersatukan oleh selaput.
lPada bagian dalamnya laring dilapisi oleh selaput lendir dan pada bagian luarnya tertutup oleh otot2 sadar.
l
lLaring bukan hanya jalan udara dari faring ke saluran napas lainnya, namun juga  menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi.
lKartilago (tulang rawan) utama laring adalah sebagai berikut :
  1). Kartilago tiroid
  2). Kartilago krikoid
  3). Kartilago aritenoid
  4). Kartilago epiglotis
l
l
l
l
l
lIV. TRAKEA
lTrakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C).
lPanjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
l
l
lTrakea dilapisi oleh epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet.
lSel goblet menghasilkan mukus dan silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan.
lPotongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.
l
lSetinggi sudut sternal, 5 cm inferior terhadap insisura jugularis, trakea bercabang dua menjadi bronkus kanan dan bronkus kiri.
lYang memisahkan trakea menjadi bronkus kanan dan kiri disebut karina.
lV. BRONKUS
lTrakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan kanan.
lBronkus kanan bercabang lagi menjadi bronkus (sekunder) lobus atas dan bawah.
lSetiap bronkus lobaris bercabang lagi menjadi bronkus tersier (segmental).
l
l
lSetelah 9 atau 12 generasi percabangan, ukuran saluran telah mengecil sampai berdiameter 1 mm.
lSaluran ini disebut bronkiolus, yang turut menyusun lobulus paru.
lBronkiolus memasuki lobulus pada puncaknya, bercabang-cabang lagi, membentuk 4 sampai 7 bronkiolus terminalis dan masing2 bercabang lagi menjadi 2 bronkiolus respiratorius.
l
lBagian ini bercabang lagi lebih dari 3 kali menjadi duktus alveolaris
lKemudian duktus alveolaris masih dapat bercabang dua sebelum menjadi sakus alveolaris dan alveoli.
lPertukaran gas berlangsung mulai dari bronkiolus respiratorius sampai alveoli (bagian respirasi sistim pernafasan).
 
l
lVI. PARU-PARU
lParu-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
lPleura dibagi menjadi  2 yaitu :
  1). Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru,
  2). Pleura parietal  yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
l
l
lAntara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
lPada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang-kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
l
SELAMAT BELAJAR
l

Tidak ada komentar:

Posting Komentar